BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar adalah merupakan salah hal yang berhubungn antara pengajar dan yang belajar itulah yang terjadi disetiap pembelajaran kekhususan cara dalam menyampaikan materi ajar oleh guru kepada siswa yang belajar atau pembelajar adalah sebagai akhibat dari kelelahan tersebut dapat menjadikan anak tidak merasakan senang dan tidak tertarik pada pelajaran yang sedang diikuti. Pembelajar cepat merasa bosan, perhatian mudah teralihkan pada hal – hal lain di luar pelajaran seperti bermain – main sendiri, berbicara dengan teman, waktu terasa berjalan amat lambat, sering meninggalkan tempat duduk berjalan – jalan, menengok ke kiri kanan ke belakang, tidak berani bertanya, pengerjaan tugas tidak beres dan pada akhirnya pelajaran tidak tuntas dalam memahami pelajaran. Semua tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku negatif yang tidak diinginkan dan diyakini menjadi penyebab prestasi belajar rendah.
Berdasarkan salah satu konsep Freud yakni pleasure principle, bahwa setiap manusia berkeinginan untuk senang dalam hidupnya, oleh karena itu diyakini kelelahan dari aspek fisik dan psikologis yang menyebabkan timbulnya perilaku negatif dalam mengikuti pelajaran dapat diatasi melalui pengubahan perilau tidak menyenangakan menjadi perilaku yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.[1] Melalui Quantum Teaching sebagai model penerapan Quantum Learning di dalam kelas diyakini dapat diujutnyatakan.
Oleh karena itu dalam penulisan ini penulis mengajukan teori yang Quantum Learning dengan pembelajaran Quantum Teaching dan bagaimana pelaksanaan di lapangan berdasarkan sebuah penelitian untuk melihat kesesuaian antara teori dengan penerapan dilapangan unuk menjawab pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah perilaku siswa yang tidak mendukung dalam proses pembelajaran seperti cepat bosan, malas, takut, tidak mau memperhatikan, ( perilaku ne -gatif ) dapat direduksi atau dikurangi melalui penerapan Quantum Teaching oleh Guru di dalam kelas.?
2. Apakah perilaku positif seperti belajar dengan senang, mau memper hatikan cukup lama, tidak cepat bosan, tidak malas, berani bertanya, berani menjawab denagn tidak ada rasa takut, selalu ingin tahu dalam proses pembelajaran dapat diaktualisasikan atau diujutnyatakan keberadaannya melalui penerapan Quantum Teaching oleh Guru dalam kelas?
3. Dapatkah Penerapan Quantum Teacing meningkatkan prestasi belajar siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Quantum Learning
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Quantum diambil dari rumus yang terkenal dalam fisika quantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, yaitu massa kali kecepatan energi cahaya kuadrat sama dengan energi, persamaan di tulis sebagai E= Mc2.[2] Persamaan Quantum Learning ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum dan pemahaman rumus E = mc2 dalam pembelajaran ialah:
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada siswa. Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Falsafah dasarnya adalah bahwa agar belajar bisa berhasil efektif, maka aktifitas harus menyenangkan dengan cara mempersiapkan lingkungan kondusif, sehingga semua siswa merasa penting, aman, dan nyaman. Konsep belajar quantum merancang proses pembelajaran secara harmonis dengan mengkombinasikan unsur keterampilan akademis, perstasi fisik, dan keterampilan dalam hidup.
B. Teori Otak Quantum Learning
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolingustik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi, program ini meneliti tentang hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat di gunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan–tindakan positif merupakan faktor penting untuk meransang fungsi otak yang paling efektif. [3]
Kolaborasi antara Dr. Paul Maclean, Dr. Joseph LeDoux dan Daniel Goleman menyatakan bahwa ketika otak menerima ancaman atau tekanan kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil otak di bajak oleh emosional. Dan Mihaly Csikszentmihalyi dalam mendefinisikan Flow suatu keadaan dimana seorang terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal yang lain tidak berarti lagi dengan mengaitkan teori Goleman orang yang agaknya dapat berkonsentrasi paling baik saat mereka sedikit lebih di tuntut dari pada biasanya, dan mereka dapat memberikan lebih dari biasanya, jika tuntutan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan dan bila tuntutannya tinggi orang akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting anara kebosanan dan kecemasan.[4]
Teori ini menyatakan bahwa belajar hendaknya melibatkan emosi siswa. Prinsip ini di bangun dari konsep otak triune yang menjelaskan bahwa setiap informasi akan menuju ke otak tengah ia berfungsi sebagai pusat pengarah dan yang mengendalikan emosi. Jadi jika siswa yang belajar dengan emosi yang positif maka siswa dapat mengingat dengan baik, maka memasukkan musik, ilustrasi, permainan dan iringan lagu emosi akan terlibat dengan positif sehingga orang akan belajar lebih baik. Jika tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak itu kurang dari yang membutuhkan untuk merekatkan pelajaran ke dalam ingatan. Jadi Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.[5]
C. Peran Psikologi
Setiap manusia mempunyai keinginan yang sama dalam hidup yaitu keinginan menjalani hidup dengan utuh yaitu mendapat keberhasilan, kegembiraan, energi atau kekuatan dan sinar dalam kehidupan. Banyak hal-hal yang sudah seseorang putuskan namun tidak mampu melakukannya setelah mencobanya satu atau dua kalisaja cenderung membuat putus asa sehingga tidak tercapai. Namun yang harus di tanamkan bahwa setiap keahlian memerlukan latihan dan pengulangan “satu-satunya kegagalan dalam hidup adalah gagal mencoba”. Dalam setiap situasi berbagai scenario dapat terjadi namun disaat kenyataan dengan harapan tidak sejalan maka fikiran negative selalu merasuki pikiran sehingga apa yang kita fikirkan itulah yang nantinya menjadi nyata, maka harapan yang terbaik dan kita akan mendatangkan yang terbaik untuk menjadi nyata. Berikut beberapa pesan positif yaitu:
1. Aku tahu dapat melakukan pekerjaan ini
2. Pikirkan secara unik untuk selalu melakukannya
3. Aku berjanji untuk menguasai ini
4. Segala sesuatu mendukungku untuk mencapai tujuanku.
5. Aku belajar segala sesuatu dari kesalahan
6. Kini aku benar-benar akan meraihnya
7. Aku menjadi lebih baik setiap hari
8. Kini aku berada di jalur yang benar
9. Ini menyenangkan otakku dalam semangat yang tinggi
10. Aku benar-benar bangga dengan diriku sendiri.[6]
Psikologi positif yang ditanamkan dapat membuat terobosan-terobosan yang sangat menakjubkan. Dengan mengontrol kerangka pikiran dapat dilakukan dengan cara mengonrol tubuh kita. Oleh karena itu psikologi sangat berpengaruh dalam membantu pencapaian keinginan yang ingin di capai.
D. Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan situasi-situasi antar pribadi. Karena dengan mengetahui gaya belajar seseorang dapat mengetahui bagaimana orang lain mengetahui dan dirinya sendiri dapat menyerap dan mengolah informasi sehingga menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah. Dominasi otak adalah cara seseorang mengatur dan mengolah informasi. Ada beberapa cara seseorang mengatur dan mengolah informasi yaitu dengan teori otak kanan/kiri, teori triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, editorial, dan kinestetik), teori kecerdasan siswa, pendidikan holistik, belajarkan pengalaman, belajar dengan simbol dan simulasi/permainan. Cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana cara seseorang dalam menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi yaitu:
Pertama ialah Modalitas yang merupakan cara termudah untuk menyerap informasi ada tiga modalitas yang meliputi:[7]
a. Visual ialah belajar degan cara melihat, cenderung mengikuti ilustrasi dan membaca, kecepatan berbicara cepat. Modalitas visual dapat diterapkan dengan menggunakan metode gambar, diagram, peta, warna, ilustrasi cerita, multimedia dan kemandirian siswa dalam menciptakan ide/pemahaman dengan gambar ilustrasi. Gaya visual ini lebih condong ke arah grafis dan warna, sehingga guru dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan menambahkan ke unsur gambar yang mudah dipahami siswa.[8]
b. Auditorial belajar dengan cara mendengar, meminta orang lain mengatakan caranya padanya.[9] Kecepatan berbicara sedang, adapun media dan metode yang dapat digunakan adalah dalam bentuk musikalitas, berbicara atau membaca, berdiskusi dan suara natural.[10]
c. Kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh adapun ciri-cirinya ialah berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian dengan fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, belajar melalui manipulasi dan praktik, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang menyibukkan dll.[11] Pada anak model kinestetik, kecenderungan untuk tenang sangat sedikit sekali dan mereka lebih antusias beraktifitas dan eksplorasi. Modalitas gaya ini yakni tidak memaksa anak untuk belajar berjam-jam, menggunakan objek sesungguhnya, penggunaan media musik, dalam tahap tertentu mengijinkan siswa untuk mengunyah permen karet tetapi tetap dengan komitmen tertentu.
E. Tehnik Pembelajaran Quantum Learning /Teacing
Quantum Learning memberdayakan semua yang ada dalam pembelajaran, baik secara konteks dan konten. Konteks adalah latar pengalaman guru dan siswa. Konteks merupakan keakraban komponen dalam pembelajaran yaitu guru, siswa, dan kurikulum. konteks terbagi menjadi lingkungan, suasana, landasan, rancangan. Lingkungan adalah komponen pembelajaran itu sendiri yaitu guru, siswa, kurikulum, dan kelas serta sekolah. Suasana dianalogikan sebagai semangat para konduktor dan pemain musiknya dalam hal ini siswa dan guru. Dalam penyajian pada pembelajaran dengan cara penyajian prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.[12]
Suatu kondisi yang di butuhkan untuk berjalannya proses belajar terdapat 8 kunci keunggulan yang meliputi, integritas ( kejujuran), kegagalan awal kesuksesan, bicaralah dengan niat yang baik, hidup disaat ini, komitmen dan tanggung jawab, sikap luwes serta keseimbangan.[13] Menanamkan keyakinan bahwa kemampuan mengajar dan kemampuan siswa belajar maka akan melahirkan hal-hal yang menakjubkan.
Dr. Vernon A. Magnesen mengungkapkan kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan kita baca, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Dalam Quantum Teacing asas utamanya terletak pada kemampuan guru untuk menjembatani jurang antara dunia kita dan dunia mereka hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan menyelesaikan bahan pelajaran dengan cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan pengetahuan pengalihan.
Quantum Learning mempunyai prisip-prinsip atau kebenaran tetap yang diibaratkan sebagai struktur chord dasar dalam suatu simfoni belajar, prinsip tersebut adalah : Segalanya berbicara, Segalanya bertujuan, Pengalaman sebelum pemberian nama, Akui setiap usaha, Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Dari struktur ini kemudian dikembangkan menjadi suatu model pembelajaran Quantum Learning dengan ciri-ciri TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, dan Rayakan).[14]
1. Tumbuhkan Minat yaitu Kekuatan penanaman dalam diri AMBAK Apa Manfaatnya BagiKu? Yaitu sebuah cara untuk menimbulkan motivasi dari dalam diri sendiri. Pada saat siswa menciptakan minat pada suatu objek, maka siswa akan sering menemukan bahwa ini menujukan pada minat baru, menciptakan rekreasi rantai yang terus menerus.[15] Disaat seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dirinya, maka orang tersebut akan mulai mengupayakan agar segalanya terlaksana.
2. Alami yaitu Guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.Pengalaman memberikan kesempatan mengajar untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka.Informasi pengalaman ini membuat yang abstrak menjadi konkret.[16]
3. Namai yaituSetelah siswa melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran,tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkannama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.
4. Demonstrasi yaitu setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya , karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.
5. Ulangi yaitu engulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!” Pengulangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan konsep multi kecerdasan .
6. Rayakan yaitu Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan oleh karena itu jika layak dipelajari maka layak unttuk dirayakan.[17]
F. Penggubahan Lingkungan Dan Implikasinya Dalam Proses Pembelajaran.
Penggubahan lingkungan untuk memberikan sugesti positif dengan cara mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan paritisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil memberikan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja bersama - sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Lingkungan Sekeliling
Dikatakan bahwa gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika alat peraga digunakan dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga secara harfiah menyalakan jalur syaraf. Beribu-ribu asosiasi diluncurkan ke dalam alam kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks yang kaya untuk pembelajaran yang baru. secara tidak sadar siswa menyerap informasi melalui kemitraan otak dan mata.[18]
Di bawah ini beberapa ide yang dapat digunakan :
1. Poster Icon
Ciptakan ikon atau simbol untuk setiap konsep utama yang diajarkan dan digambarkan di atas selembar kertas. secara visual. Pasang poster di tempat tersebut sampai unit pelajar yang bersangkutan selesai. Setelah siswa terbiasa dengan konsep-konsep pokok dalam bentuk gambar, mintalah mereka untuk membuat poster untuk unit-unit mendatang. Kita dapat mengambil selangkah lebih jauh dan menggunakan poster ikon untuk mengintip “acara yang akan datang’. Tempatkan poster ikon unit selanjutnya pada dinding sebelah kanan, tempat untuk bahan-bahan pelajaran yang akan datang. Jika materi ditempatkan dengan cara demikian minat siswa akan terpicu:”Tentang apa yang kira-kira poster itu ?”
2. Gunakan Poster
Buatlah (mintalah siswa membuat ) poster motivasi diri dengan pesan-pesan seperti, “Aku mampu mempelajarinya !” dan “Aku semakin pintar dengan setiap tantangan baru”. Tempatkan poster-poster itu di dinding samping setinggi telinga. Pada saat siswa melihat sekeliling ruangan, poster-poster tersebut seakan “mengucapkan” berbicara seperti dialog internal, sehingga menguatkan keyakinan tentang belajar dan tentang isi yang dipelajarinya.
3. Gunakan Warna
Bayangkan sebuah apel dibenak anda. Pejamkan mata anda jika perlu. Apakah anda melihat apel itu hitam, dan putih atau berwarna merah? Hampir semua orang melihat apel itu berwarna. Mengapa ? Karena otak berfikir dalam warna. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran anda dan belajar siswa anda ! Gunakan warna hijau, biru, ungu, dan merah untuk kata-kata penting. Jingga dan kuning untuk menggaris bawahi, serta hitam dan putih untuk kata-kata penggabung seperti “dan” , “sebuah”, dan “dari”, dan lain-lain.
4. Alat Bantu
Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Alat bantu tidak hanya membantu pembelajaran visual, tetapi dapat pula membantu modalitas kinestik. Siswa yang sangat kinestik dapat ,memegang alat bantu dan mendapatkan “rasa” yang lebih baik dari ide yang kita sampaikan.[19]
5. Pengaturan Bangku
Pengaturan bangku dimaksudkan untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran. Dengan demikian fleksibelitas yang ada untuk mendukung tujuan bagi pembelajaran apapun yang diberikan.
6. Tumbuhkan Aroma
Saat memikirkan tumbuh-tumbuhan, asosiasi apa yang muncul dibenak kita ? apakah kita berfikir tentang kehijauan, kehidupan, pertumbuhan, bunga, cabang ? Biologi dan botani mengajarkan kita bahwa tumbuh-tumbuhan menyediakan oksigen dalam udara kita, dan otak kita berkembang karena oksigen. Semakin banyak oksigen yang didapat, semakin baik otak kita berfungsi. Aroma, mengapa aroma? Apa hubungannya sukses dengan bau wangi ? Kaitan antara kelenjar pencium dan sistem syaraf otonomi cukup kuat. Apa yang kita cium memicu respon seperti kecemasan, kelaparan, ketenangan depresi, dan seksualitas. Bagi kelas kita menurut Lavabre (1990) dapat digunakan untuk peningkatan kewaspadaan mental seperti : mentol, kemangi, jeruk, kayu manis, dan rosemary. Untuk ketenangan dan relaksasi: kamomil, jeruk, dan mawar.
7. Musik
Musik berpengaruh pada murid dan guru, kita dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar siswa. Musik membantu belajar siswa bekerja dengan lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak. Mengapa musik? Irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia, terutama gelombang otak dan detak jantung, disamping membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan optimal.[20]
STUDI KHASUS 1
Studi kasus yang di teliti oleh Sabar Rutoto dengan topik Quantum Teaching sebuah pembelajaran Quantum Learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekolah dasar pada Kelas V SD 3 Demaan Kota Kodus dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.[21]Subyek pada penelitian ini siswa kelas 5 SD sebanyak 46 orang terdiri dari 21 laki – laki dan 25 perempuan.
Berdasarkan pengamatan guru sebagian besar siswa yaitu 20 orang siswa memiliki sifat aktif, mau berusaha, mau berubah, kerja sama, sportif, motivasi cukup tinggi. Selebihnya 11 anak memiliki memiliki kerja sama baik, tetapi kurang motivasi dan menerima apa adanya, kurang bergairah dalam belajar. Sedangkan sisanya 15 anak benar benar memerlukan bantuan dalam meningkatkan semangat motivasi dalam belajar. Mereka memiliki kebiasaan yang tidak mendukung dalam meraih prestasi belajar. Suka berbicara sendiri, usil, berjalan – jalan, mengganggu temannya. Secara persentase siswa yang memperhatikan pelajaran dari 17%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari 19%, siswa yang berani mengutarakan pendapat naik sebanyak 24% dan siswa yang ceria hanya 15% dan memprihatinkan kognitif siswa di kelas ini hanya memiliki rata-rata 6,3. Penelitian ini memilih pelajaran IPS karena jika penyampaiannya masih secara tradisional anak hanya disuruh membaca sendiri buku teks dan mengerjakan soal – soal latihan anak tidak ada gairah sehingga kurang menarik dan cepat bosan. Sehingga prestasi belajarnya rendah karena anak tidak ada gairah, cepat lelah, bosan, tidak ada perasaan yang menantang serta dan kurang menyenangkan.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menata lingkungan dan media yang meyenangkan. Ini diterapkan sebagai strategi untuk menarik minat siswa, memusatkan perhatian yang terfokus pada pembelajaran yang menyenangkan.
2. Melakukan appersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta strategi yang akan ditempuh.
3. Guru menjelaskan materi pembelajaran, membangkitkan minat, menyenangi pelajaran.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan hal – hal yang belum jelas.
5. Guru menjawab pertanyaan siswa, menjelaskan kembali hal – hal yang belum dipahami dengan menyenangkan
6. Guru menyampaikan persoalan siswa menanggapi dan selanjutnya menyimpulkan
7. Guru memberikan post test.
8. Dalam pada itu guru juga melakukan observasi guna mendapatkan data tentang perubahan sikap dan perilaku yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan test.
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka diadakan analisis dan refleksi terhadap temuan – temuan selama penelitian tindakan . Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan hasil tindakan degan indicator kinerja yang telah ditetapkan. Jika hasil tindakan lebih baik dengan indicator yang telah ditetapkan maka penelitian dinyatakan berhasil atau sebaliknya jka hasil penelitian lebih rendah dengan criteria maka penelitian tindakan dinyatakan belum berhasil. Tujuan PTK ini adalah mengurangi bahkan kalau mungkin akan menghilangkan sikap perilaku negative seperti sikap malas, takut, tidak punya gairah, bosan tidak ada daya tarik dan cepat lelah dalam proses belajar maka melalui pembelajaran Quantum Teaching sebagai model penerapan Quantum Learning di dalam pembelajaran di kelas akan diuji cobakan. Hasil uji pembelajarn ternyata mampu meningkatkan perilaku positif seperti antusias, semangat belajar, perasaan senang dan puas dalam pembelajaran, timbul keberanian dan rasa ingin tahu yang lebih baik lagi meningkat dengan signifikan atau nyata dan berarti.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dapat dilaporkan bahwa dengan penyampaian Quantum Teaching sebagai model penerapan Quantum Learning di dalam pembelajaran di kelas mampu meningkatkan motivasi siswa dalam memperhatikan pelajaran dari 17% menjadi 89%. Dari hasil obsrvasi kenaikan dalam mengajukan pertanyaan dari 19% menjadi 89%. Suatu kenaikan yang sangat berarti atau signifikan. Dalam keberanian mengtarakan pendapat naik dari 24% menjadi 87%.Dalam keceriaan mengikuti pelajaran sangat menonjol dari 15% naik menjadi 91%. Dari aspek pengembangan prestasi atau kognitif ternyata juga mampu meningkatkan prestasi belajar dari rerata 6,7 menjadi rerata kelas 8,2 suatu kenaikan yang sangat berarti.
Analisis Penulis Terhadap Teori Dengan Prakek
Berdasarkan penelitian diatas, bahwa eksperimen yang dilakukan oleh Dr Georgi Lazanov pada tahun 1978 tentang suggestology yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar dengan energi menghasilkan cahaya yang disebut Quantum Learning dengan kata lain metode belajar yang harus dilakukan atau dikuasai oleh peserta didik dan Quantum Teaching dengan kata lain metode mengajar yang harus di lakukan oleh seorang pendidik. Dapat memunculkan percepatan dalam menyerap seluruh pembelajaran tidak hanya kognitif namun ikut serta afektif dan psikomotor melalui penanaman penyadaran diri terhadap pembelajaran yaitu menumbuhkan minat siswa dan proses pembelajaran berlangsung menyenangkan. Sesuai dengan penelitian di atas yang di lakukan oleh Sabar Rutoto yang membuktikan bahwa teori yang di usung oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dengan kenaikan sangat berarti yaitu dari prestasi yang rata-rata 6,3 menjadi 8,2.
Disamping itu jika kita mengkaji kepada kerja otak ketika otak dalam keadaan senang dengan keadaan otak dalam keadaan sedih dan takut maka otak tidak dapat bekerja secara maksimal dan santai karena tekanan emosi sedih dengan emosi rasa takut yang menyebabkan konstrasi tidak maksimal sehingga setiap pelajaran yang ingin di kuasai tidak akan bisa masuk ke dalam saraf otak dengan baik. Seperti yang di ungkapan bahwa otak yang terdiri dari otak kanan dan otak kiri juga memiliki batang otak yang berfungsi sebagai penyanggah otak. Bahwa cara kerja otak seseorang yaitu apabila persepsi yang muncul adalah ancaman, takut, sedih dan tertekan maka batang otak yang bekreja mengeluarkan cairan menjadi kaku tidak dapat menghasilkan cairan yang dapat menurunkan fungsi otak yang turun ke batang otak sehingga tidak dapat berfikir secara efektif. Sebaliknya jika seseorang dalam kondisi senang atau bahagia maka batang otak akan maksimal meproduksi cairan yang disalurkan kepada otak kanan dengan otomatis jika otak kanan sudah penuh dengan cairan akan di salurkan ke otak kiri sehingga otak dapat bekerja dengan baik untuk berfikir.
Maka guru harus mampu membuat siswa senang dengan pembelajaran yang tidak kaku dengan menyelipkan permainan, cerita, interaksi yang baik selama 55 menit sekali karena berdasarkan tingkatan umur anak yang duduk di tingkat Play Group daya konsentrasi belajarnya hanya 15 Menit, di tingkat TK daya konsentrasinya 20-30 menit dan daya konsentrasi anak tingkat SD kelas atas 55 menit maka guru yang kreatif sangat di butuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efesien. Jika siswa sudah mendapat kesenangan dengan alamiah siswa akan termotivasi untuk ingin mengetahui apa yang sedang di pelajari dan ketika siswa sudah mempunyai rasa ingin tau yang tinggi siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat memahami pelajaran yang sedang ia jalani. Bahkan tidak hanya pelajaran yang sedang di pelajari namun semua yang berinteraksi dengan alat indra siswa dengan sendirinya mempelajari hingga menguasainya. Yang perlu diingat bahwa jika siswa belajar dalam keadaan senang maka siswa tidak mempunyai beban yang membuat siswa enjoy (dalam artian tidak ada tekanan psikis).
Lingkungan dan strategi belajar guru merupakan peransang belajar siswa apabila guru mampu untuk merangsang siswa belajar seperti dengan menumbuhkan minat siswa maka disini yang yang mendapat keuntungan tidak hanya siswa dapat melejitkan pembelajarannya akan tetapi guru yang lebih menguntungkan ini karena guru tidak akan bingung, bimbang dan membuang banyak energi untuk menjelaskan pembelajaran kepada siswa serta memaksa siswa untuk belajar. Namun di khawatirkan akan terjadi kekacauan jika guru tidak giat belajar karena banyak akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang tidak disangka oleh guru. Pada proses pembelajaran ini guru harus profesional dan mampu menempatkan diri karena bisa saja siswa menjadi hiper aktif.
STUDI KASUS II
Ini adalah merupakan salah satu studi kasus penerapan metode Quantum Learning yang dilakukan oleh salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yaitu yang dilakukan oleh saudara Hermawan Widyastatantyo dengan topik Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kebupaten Temanggung dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa asing sering dikenal Classroom Action Research (CAR) dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain putaran spiral, dengan menggunakan III siklus pembelajaran.[22]
Adapun subyek yang menjadi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kebupaten Temanggung yaitu sebanyak 34 siswa SD Negeri Kebonsari Temanggung yang terdiri dari 19 murid laki-laki dan 15 murid perempuan, dikarenakan dalam proses pembelajaran IPA (sains) kurang adanya penggunaan pendekatan, media yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif.
Disini yang manjadi permasalahan yang dihadapi siswa di SD adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yaitu belum mencapai angka minimal daya serap 68 % yang telah ditentukan, salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak berceramah sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Maka yang menjadi tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar sehingga menjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Maka berdasarkan pengamatan yang menjadi permasalah bagi siswa disini adalah:
1. Siswa kelas V SD merupakan siswa dengan kondisi psikologis yang mesih perlu mendapat bimbingan dan perhatian penuh dari guru.
2. Pada umumnya mengalami kondisi yang sulit untuk belajar karena lemahnya sosialisasi dengan lingkungan, baik sekolah maupun dengan teman sekelasnya.
3. Belum pernah diterapkan suatu metode pembelajaran pada SD Negeri Kebonsari Temanggung sebagai pemicu di dalam hasil belajar siswa, sehingga guru perlu menerapkan metode pembelajar Quantum Learning dengan menggunakan media CD pembelajaran IPA.
Disebabkan karena beberapa permasalah diatas yang belum pernah dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan siswa prestasi belajar rendah karena anak-anak tidak bergairah dalam belajar, cepat bosan karena hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tidak ada yang menantang dan menyenangkan bagi siswa.
Ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi tugas untuk menyimak, mendengar dan memahami tentang tentang proses fotosintesis pada tumbuhan hijau.
2. Siswa membuat sebuah rangkuman bersama kelompoknya sebagai hasil menyimak, mendengarkan dan memahami untuk didiskusi.
3. Guru menjelaskan dan memberikan penguatan tentang materi proses fotosintesis pada tumbuhan hijau dengan media CD pembelajaran yang telah di buat oleh guru tersebut.
Hasil penelitian dan pembahasan
1. Pelaksanaan pembelajaran siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 5 maret 2007 membahas tentang sub pokok bahasan tumbuhan hijau, indikator hasil belajar meliputi kemampuan siswa dalam mengindetifikasikan cara tumbuhan hijau membuat makanan, menderkripsikan penyesuaian diri dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup siklus 1 dilaksanakan 3x40 menit dalam satu kali pertemuan. guru membuat rencana pembelajaran dan menggunakannya sesuai skenario yang sudah dibuat, yaitu dengan menerapkan metode Quantum Learning yang meliputi apersepsi, eksplorasi, diskusi dengan penjelasan dan pengembangan aplikasi.
Hasil post test siklus 1 ini merupakan data awal penelitian dengan menerapkan metode Quantum Learning . Secara umum hasil test sub pokok bahasan tumbuhan hijau dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Rata-Rata Hasil Test Siklus 1
No | Rentang Nilai | Kategori | Frekuensi | Prosentase | Rata-Rata Kelas |
1 2 3 4 5 6 | 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 25 – 39 10 – 24 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang gagal | 0 3 13 18 0 0 | 0 8.82 38.24 52.94 0 0 | 53,97 |
Jumlah | 34 | 100% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Kebonsari pada Sub pokok bahasan tumbuhan hijau setelah menggunakan metode Quantum Learning mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 53,97 dalam kategori kurang. Dari 34 siswa yang hadir, tidak satupun siswa mendapat nilai sangat baik.
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus1 terjadi hambatan antara lain:
1. Ada beberapa siswa ketika guru sedang menjelaskan pelajaran di kelas mereka ada yang bergurau sendiri, ada siswa yang mengantok di kelas.
2. Pada saat diskusi terlihat ada siswa yang pasif dan diam, disebabkan masih malu untuk bertanya.
3. Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang.
Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian pada siklus 1 maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus II
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 April 2007. Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) masih dengan pokok bahasan yang sama. Indikator hasil belajar pada siklus II adalah siswa dapat mendemonstrasikan pengamalannya tentang membuat makanan pada tumbuhan hijau melalui percobaan dan diskusi kecil tentang percobaan yang dilakukan oleh siswa. Siswa dapat menyebutkan cara tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri melalui fotosintesis. Siswa dapat membandingkan manfaat tumbuhan hijau bagi makhluk hidup. Pembelajaran dilaksanakan masih dengan menggunakan metode yang sama dan media penunjang yang sama juga dalam pembelajaran untuk menyampaikan materi pembuka, biji kacang hijau, dua buah cawan petri, kapas, dan air yang digunakan dalam percobaan. Di siklus kedua ini guru lebih menekan siswa untuk mendemonstrasikan pengalaman masing-masing siswa dan mendiskusikan cara tumbuhan hijau itu membuat makanannya sendiri ini lebih mengarah kepada penerapan langsung bagi siswa.
Hasil test siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang semula siklus I rata-rata 53.97 pada siklus II meningkat menjadi 65.74 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Rata-Rata Hasil Test Siklus II
No | Rentang Nilai | Kategori | Frekuensi | Prosentase | Rata-Rata Kelas |
1 2 3 4 5 6 | 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 25 – 39 10 – 24 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang gagal | 1 12 20 1 0 0 | 2,94 35,30 58,82 2,94 0 0 | 65,74 |
Jumlah | 34 | 100% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan pembuatan makanan pada tumbuhan hijau setelah menggunakan metode Quantum Learning mencapai rata-rata 65,74 dalam kategori cukup.
Pelaksanaan siklus II ini terlihat tampak lebih baik dari pada siklus yang ke I. Dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan guru mencapai 100% aspek yang ada sudah dillaksanakan guru dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran siswa juga sudah mengalami perubahan. Namun juga masih ada hambatan-hambatan yang harus diperbaiki yaitu keaktifan siswa masih 75%. Disini maka dilanjutkan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu pada siklus III.
3. Pelaksanaan pembelajaran siklus III
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2007 membahas tentang sub pokok bahasan yang sama dengan alokasi waktu 2x4 menit dalam satu kali pertemuan.
Pada siklus III ini guru mengkondisikan siswa agar lebih aktif dan siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara membawa siswa untuk mengungkapkan hal-hal yang pernah di pelajari sebelumya, menanyakan secara langsung kepada siswa tentang konsep fotosintesis dan diharuskan kepada siswa untuk aktif dengan cara lebih mengaktifkan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan cara melakukan diskusi dan pada akhir diskusi dan presentasi siswa menjawab soal tes yang sudah disediakan serta mengerjakannya pada akhir pertemuan dan guru berusaha menjelaskan materi dengan sejelas-jelasnya sehingga siswa semakin mengerti dan paham dan guru juga menata ruangan yang lebih baik.
Hasil post test pada siklus III mengalami perubahan yang sangat baik, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Rata-Rata Hasil Test Siklus III
No | Rentang Nilai | Kategori | Frekuensi | Prosentase | Rata-Rata Kelas |
1 2 3 4 5 6 | 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 25 – 39 10 – 24 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang gagal | 7 17 10 0 0 0 | 20,60 50 29,40 0 0 0 | 73,24 |
Jumlah | 34 | 100% |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil test pada siklus III mengalami perubahan yang baik yaitu dengan rata-rata 73.24 lebih baik dibandingkan dari siklus I dan II. Nilai siswa baik dengan 7 atau 20.60% siswa mendapatkan nilai sangat baik.
Pelaksanaan siklus III mampu memperbaiki dari siklus dan siklus II. Hal ini ditunjukkan pada hasil rata-rata 73.24 hal ini juga ditunjukkan pada siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mereka melakukan diskusi untuk memecahkan masalah dengan baik, mampu bekerja sama, begitu juga dengan keatifan guru yang mampu lebih aktif dalam memotivasi siswa dan mampu menjelaskan materi dengan baik serta melaksanakan perannya sebagai pendamping siswa dalam melakukan sebuah diskusi yang menyenangkan dengan menggunakan CD dalam melakukan diskusi untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil pada siklus III, maka tindakan dalam siklus dihentikan, karena hasil yang diharapkan sudah maksimal dan mencapai rata-rata > 6.0 sesuai dengan indikator keberhasilan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Quantum Learning yang di terapkan melalui Quantum Teaching berhasil menumbuhkan minat belajar siswa yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Maka dengan munculnya penelitian ini dapat menguatkan teori Quantum Teacing sebagai model pembelajaran Quantum Learning . Disini jelas terlihat Quantum Learning dengan Quantum Teaching merupakan satuan yang tidak dapat di pisahkan karena semua teori yang ada pada Quantum Learning di Implementasikan pada teori Quantum Teaching. Berdasarkan pengamatan penulis mayoritas guru di Indonesia sudah menerapkan pembelajaran ini namun para guru tidak mengetahui apa nama dari penerapan pembelajaran yang selama ini ia jalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi Deporter & Mike Hernacki, Quantum Learning , Bandung: Kaifa, 2010
Bobbi Deporter, Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie, Quantum Teacing Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas , Bandung: Kaifa, 2000
Elaine B. Johnson, Contektual Teaching dan Learning, Bandung: Kaifa, 2010
Gordon Dryden & Jannette Vos, Revolusi Cara Belajar, Bandung: Kaifa, 2000
Hamruni, Edutaiment Dalam Pendidikan Islam Dan Teori-Teori Pembelajaran Quantum, Yokyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008
Mary Leonhard, 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca, Bandung: Kaifa, 1999
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Media Group, 2009
http://andlovephobe.blogspot.com/2010/03/psikoanalisis.html
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Aplikasi+Modalitas+Quantum+Learning+pada+Multiple+Inteligence&dn=20090127094504 di akses 28 Oktober 2011
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Aplikasi+Modalitas+Quantum+Learning+pada+Multiple+Inteligence&dn=20090127094504 di akses 28 Oktober 2011
http://jurnal.umk.ac.id/jurnal/2010/sosbud%20Juni%202010/QUANTUM%20%20TEACHING.pdf
http://www.docstoc.com/docs/21312137/PENERAPAN-METODE-QUANTUM-LEARNING-UNTUK-MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR
[4] Bobbi Deporter, Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie, Quantum Teacing Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas , (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 23
[11].Bobbi Deporter & Mike Hernacki, Quantum.., hlm.118
[22]. http://www.docstoc.com/docs/21312137/Penerapan-Metode-Quantum-Learning-Untuk-Meningkatkan- Hasil-Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar